Bencana
alam tsunami yang melanda wilayah Aceh dan Nias pada akhir tahun 2004
yang lalu tidak hanya menimbulkan dampak negatif bagi penduduk di
daerah-daerah yang tekena bencana. Penduduk di daerah lain pun juga
terkena pengaruh yang tidak menguntungkan. Salah satunya dirasakan oleh
penduduk di wilayah Kepulauan Riau, termasuk Kelurahan Pulau Abang, Kota
Batam.
Bagi
masyarakat wilayah kelurahan ini yang mayoritas adalah nelayan, akhir
tahun, khususnya sekitar tahun baru Imlek dapat dikatakan sebagai masa
panen. Pada waktu tersebut produksi ikan dingkis berlimpah, sehingga
menghasilkan pendapatan yang besar. Ikan dingkis adalah sejenis ikan
yang dipercayai oleh orang-orang Cina di Singapura sebagai ikan
keberuntungan. Ikan ini, terutama yang bertelur, yaitu yang ditangkap
2-3 hari sebelum tahun baru Cina, merupakan sajian hidangan pada hari
besar tersebut. Permintaan yang besar terhadap jenis ikan ini
mengakibatkan harganya menjadi tinggi pula. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika waktu Imlek sangat ditunggu nelayan, terutama yang
memiliki jenis alat tangkap untuk ikan dingkis.
Namun
sayangnya, Imlek tahun 2005 yang lalu dirasakan tidak seperti
tahun-tahun sebelumnya. Ikan dingkis yang biasanya bernilai jual tinggi
tidak lagi mendatangkan pendapatan yang besar bagi nelayan. Meskipun
tidak ada pengurangan volume produksi, anjloknya harga jenis ikan ini di
pasar (Singapura) menyebabkan nelayan tidak dapat mendulang rupiah pada
tahun baru Imlek 2005.
Pertanyaan
yang muncul kemudian adalah, Mengapa harga ikan dingkis merosot drastis
pada waktu tersebut?” Jawaban yang diterima masyarakat adalah
permintaan terhadap ikan dingkis menurun karena ada anggapan bahwa ikan
ini memakan bangkai (manusia dan hewan) korban tsunami yang terseret ke
laut. Hal ini menyebabkan orang-orang Tionghoa di Singapura enggan
mengkonsumsi ikan dingkis pada Imlek tahun 2005. Apakah alasan di atas
terbukti kebenarannya ataukah hanya taktik pedagang besar untuk menekan
harga ikan ‘cantik’ ini di tingkat nelayan? Belum ada yang dapat
membuktikan kebenarannya.
Pengalaman
nelayan di Pulau Abang tersebut memperlihatkan bahwa dampak bencana
tsunami tidak hanya dirasakan oleh penduduk yang tinggal di wilayah Aceh
dan Nias, melainkan juga oleh mereka yang tidak terkena bencana secara
langsung. Bencana tsunami telah menyebabkan nelayan di Pulau Abang
kehilangan kesempatan untuk menikmati panen yang paling ditunggu setiap
tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar