Kamis, 22 September 2011

Ikan Dingkis Jadi Korban Tsunami



Bencana alam tsunami yang melanda wilayah Aceh dan Nias pada akhir tahun 2004 yang lalu tidak hanya menimbulkan dampak negatif bagi penduduk di daerah-daerah yang tekena bencana. Penduduk di daerah lain pun juga terkena pengaruh yang tidak menguntungkan. Salah satunya dirasakan oleh penduduk di wilayah Kepulauan Riau, termasuk Kelurahan Pulau Abang, Kota Batam.

Bagi masyarakat wilayah kelurahan ini yang mayoritas adalah nelayan, akhir tahun, khususnya sekitar tahun baru Imlek dapat dikatakan sebagai masa panen. Pada waktu tersebut produksi ikan dingkis berlimpah, sehingga menghasilkan pendapatan yang besar. Ikan dingkis adalah sejenis ikan yang dipercayai oleh orang-orang Cina di Singapura sebagai ikan keberuntungan. Ikan ini, terutama yang bertelur, yaitu yang ditangkap 2-3 hari sebelum tahun baru Cina, merupakan sajian hidangan pada hari besar tersebut. Permintaan yang besar terhadap jenis ikan ini mengakibatkan harganya menjadi tinggi pula. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika waktu Imlek sangat ditunggu nelayan, terutama yang memiliki jenis alat tangkap untuk ikan dingkis.

Namun sayangnya, Imlek tahun 2005 yang lalu dirasakan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Ikan dingkis yang biasanya bernilai jual tinggi tidak lagi mendatangkan pendapatan yang besar bagi nelayan. Meskipun tidak ada pengurangan volume produksi, anjloknya harga jenis ikan ini di pasar (Singapura) menyebabkan nelayan tidak dapat mendulang rupiah pada tahun baru Imlek 2005.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, Mengapa harga ikan dingkis merosot drastis pada waktu tersebut?” Jawaban yang diterima masyarakat adalah permintaan terhadap ikan dingkis menurun karena ada anggapan bahwa ikan ini memakan bangkai (manusia dan hewan) korban tsunami yang terseret ke laut. Hal ini menyebabkan orang-orang Tionghoa di Singapura enggan mengkonsumsi ikan dingkis pada Imlek tahun 2005. Apakah alasan di atas terbukti kebenarannya ataukah hanya taktik pedagang besar untuk menekan harga ikan ‘cantik’ ini di tingkat nelayan? Belum ada yang dapat membuktikan kebenarannya.

Pengalaman nelayan di Pulau Abang tersebut memperlihatkan bahwa dampak bencana tsunami tidak hanya dirasakan oleh penduduk yang tinggal di wilayah Aceh dan Nias, melainkan juga oleh mereka yang tidak terkena bencana secara langsung. Bencana tsunami telah menyebabkan nelayan di Pulau Abang kehilangan kesempatan untuk menikmati panen yang paling ditunggu setiap tahun




Tidak ada komentar: